Air dan Perubahan Iklim

Nonton Asian Paragames 2018

Sudah lama saya tidak berjalan-jalan. Penatnya rutinitas harian, membuat saya merasa bosan. Tidak sempat pula keluar mencari hiburan. Dan melalui perjalanan ini, adalah momen pelarian!
↯↯↯
Beberapa hari lalu tepatnya 11 Oktober 2018, saya pergi menonton Asian Para Games bersama teman-teman kampus --khususnya peminatan Jurnalisme. Sebetulnya, tujuan utama kami pergi ke Jakarta untuk meliput acara seminar, lantaran karena disuruh membuat liputan berita demi memenuhi tugas mata kuliah jurnal audio. Awalnya, pergi menonton Asian Para Games hanya ide salah satu teman jurnal, si Eersta. Yang kemudian semuanya mengiyakan.



Bermula dari kami naik KRL di stasiun UI menuju arah Cikini. Sepanjang perjalanan, saya dan beberapa teman berdiri, ada juga yang sudah mendapatkan tempat duduk dengan nyaman. Sepanjang perjalanan, saya dan sohib saya bercanda gurau. Kami membuat lelucon tentang simbol yang ada di dalam kereta. Anker atau anak kereta pasti tau simbol-simbol yang ada di pintu kereta bukan? Dilarang makan dan minum, dilarang bawa hewan, atau bahkan dilarang bawa benda berbau tajam. Sebenarnya ini jokes mungkin sangat receh. Saat itu, saya dan kedua teman saya berdiri persis di depan pintu kereta. Saya haus dan mengambil botol minum yang ada di tas. Sambil minum menghadap pintu, saya terpaparkan sebuah simbol bergambar gelas dicoret tanda dilarang. Sontak saya yang sedang minum langsung tersadar. Bukan, bukan tersadar karena saya sedang melanggar peraturan. Tapi saya langsung celetuk kepada kedua teman saya, "Dilarang makan dan minum, tapi gambarnya pakai gelas. Berarti minum pakai botol boleh dong?" Kemudian saya tertawa dan diikuti oleh teman saya, "Dilarang bawa hewan peliharaan,gambarnya anjing, berarti kucing boleh dong!" "Dilarang mengamen, tapi gambarnya gitar, berarti bawa harpa boleh!" Dan berlanjut kepada jokes-jokes receh kami.

cr: umumsekali.com
Setelah sakit perut karena terlalu banyak tertawa, akhirnya kereta mulai lowong menyisakan tempat duduk yang kosong. Baru saja saya duduk, mata ini langsung terpejam lelap dengan posisi tangan memeluk tas. Tak lama, kereta sampai stasiun cikini. Keluar stasiun, kami diberikan sebotol susu gratis dari dari sales yang tentunya harus segera dihabiskan agar tidak basi. Berlanjut jalan kaki menuju halte bus transjakarta terdekat. Ternyata haltenya tidak sedekat yang kami kira. Kami harus menyusuri jembatan yang cukup panjang untuk menuju halte. Berikut tampang jembatan haltenya.

Super panjang bukan?
Nah, singkatnya, kami sampai di GBK! Tiket masuk hanya 10 ribu :) Super excited! Masuk pintu langsung ada bazar makanan di kanan dan kiri. Sayangnya saya hanya membawa diri saja, tidak ada persiapan untuk bawa uang. Tiket masuk saja ngutang! Haha. And this is us! Our happy face ^_^
That was so fun! Saya benar-benar senang datang kesini. Melihat banyak orang berlalu lalang, keluarga, anak sekolah, hingga para remaja menikmati momen asian para games 2018.

Lalu, kami pun masuk ke salah satu pertandingan yaitu para athletics. Saat itu, saya langsung terenyuh. Definisi atlet luar biasa yang patut dibanggakan. Saya melihat mereka sedang melakukan pemanasan sebelum akhirnya memulai pertandingan. Kami menunggu tidak cukup lama menuju pertandingan, dan sebetulnya berbagai cabang dilombakan secara bersamaan. Kami bingung, ini teh mau yang mana yang ditonton ya? Sebab semuanya dimulai berbarengan dan jarak yang dilihat antar cabang lomba pun jauh-jauh. Salah satu andalan kami selain mata kepala kami sendiri adalah layar besar yang ada di GBK. Layar itulah yang menjadi pusat untuk kami melihat para atlet berlomba. Syukurlah!
Tibalah saatnya atlet atletik sejauh 400 meter memulai pertandingan. And Indonesia bermain disana! Nama atletnya mas arifin. Kalo kata teman saya, aa ipin. Hahahha untung bukan Upin Ipin ya...
Oke lanjut.
Kami semua excited ketika nama Indonesia dipanggil. Pertama kalinya saya mendukung Indonesia secara langsung dan benar-benar rasanya berbeda. Sangat merinding bahagia. Dan ketika pertandingan dimulai... gak kerasa bahwa air mata saya menetes terharu melihat para atlet bertanding lari. Mereka memakai alat bantu roda untuk berlari.
Berikut video selengkapnya, abaikan saja suara saja. DAN INI BENERAN NGESELIN. Jadi saya terlalu fokus menonton dan histeris, akibatnya adalah videonya goyang dan jari saya menutupi kamera. Biar saya ulang. JARI SAYA MENUTUPI KAMERA! Ya buat apa cui....... Super sad tapi SUPER NGAKAK juga.




Sedih karena harus pergi untuk liputan lainnya lantaran waktunya semakin mepet. Beruntung kami datang di tempat liputan acaranya belum mulai. Kami disambut dengan makanan super enak berupa martabak keju coklat dan martabak telor. Hari diakhiri dengan kami pulang berjalan kaki bersama menuju stasiun dan kembali ke rumah masing-masing. Hari yang sangat menyenangkan di tengah sibuknya perkuliahan. Saya harap saya bisa kembali menonton pertandingan seperti Asian Games dan Asian Paragames pada tahun yang akan datang. Momen berharga yang patut saya ingat!

Media Cetak Pada Era Internet

Tugas: Jurnalisme Audio
Slug/Angle: Media cetak pada era internet
Notes: berikut ini adalah naskah radio hasil liputan saya sendiri yang ditujukan untuk memenuhi tugas kuliah.

Naskah:
(LEAD IN)
ERA INTERNET MENJADI TANTANGAN BAGI MEDIA CETAK/ TERKHUSUS KORAN// KECEPATAN INTERNET MEMBERITAKAN PERISTIWA/ TENTU KALAH DENGAN KORAN// KARENA KORAN BUTUH WAKTU SEHARIAN UNTUK PROSES MENCETAK// NAMUN/ APAKAH ERA INI MEMBUAT KORAN AKAN HABIS DAN TIDAK DIBUTUHKAN LAGI?// SELENGKAPNYA LAPORAN DARI REPORTER B-B-C/ FATHANIA NAZMI//

(PKG)
MUNCULNYA INTERNET/ MEMBUAT KORAN HARUS BERADAPTASI KE DIGITAL// HAL INI MENDORONG TERCIPTANYA KORAN ELEKTRONIK BERLANGGANAN// MASYARAKAT YANG BERLANGGANAN KORAN ELEKTRONIK/ DIANGGAP SEBAGAI PARA PEMBACA KUAT/ SAMA SEPERTI MEREKA YANG BIASANYA MEMBACA KORAN// HAL INI DIYAKINI/ BAHWA KORAN MASIH DIMINATI//
SALAH SATU KELEMAHAN KORAN YAITU TIDAK BISA BERINTERAKSI DENGAN PEMBACANYA// TETAPI DENGAN ADANYA INTERNET/ KITA BISA MENGETAHUI BAGAIMANA MINAT BACA MASYARAKAT// SUTTA DHARMASAPUTRA/ DEPUTY MANAGING EDITOR DARI KOMPAS PERCAYA BAHWA KORAN AKAN TERUS ADA//

SB. Sutta Dharmasaputra/ Deputy Managing Editor Kompas
“koran itu saya berkeyakinan tidak akan habis, tapi disitu kita harus membaca perilaku-perilaku pembaca kuat lewat digital karena disitu kita bisa mempelajari apa sih yang dibutuhkan oleh pembaca-pembaca kuat itu,”

DENGAN MENGETAHUI MINAT PARA PEMBACA/ KORAN BISA LEBIH MEMBAHAS HAL-HAL MENARIK BAGI PEMBACANYA// KORAN JUGA MEMILIKI RUANG KERTAS YANG LUAS SEHINGGA DAYA INGAT PARA PEMBACA LEBIH BESAR// KEDEPANNYA/ KORAN HARUS MEMUNCULKAN PERSPEKTIF YANG BERBEDA DARI KONTEN YANG BIASA ADA DI INTERNET// HAL INI DITUJUKAN AGAR KORAN TIDAK AKAN HABIS//

(LEAD IN)
DEMIKIAN FATHANIA NAZMI MELAPORKAN//

Lilypie Kids Birthday tickers
Diberdayakan oleh Blogger.
 

Fathania Nazmi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review