Air dan Perubahan Iklim

Review Film Shattered Glass: Film Wajib Tonton Anak Jurnalisme!


Berkas:Shattered Glass movie.jpg
source photo: wikipedia.org
x















Dalam film ini, diceritakan seorang jurnalis bernama Stephen Glass atau Steve yang bekerja di sebuah perusahaan majalah yaitu The New Republic. Ia adalah seorang wartawan termuda yang bekerja dan sangat dihargai karya-karya tulisannya karena ceritanya yang luar biasa. Sudah banyak artikel yang ia tulis dan diterbitkan. Hingga suatu saat ia menuliskan artikel yang menuliskan tentang pertemuan hacker nasional oleh perusahaan besar bernama Jukt Micronics. Kemudian, hal ini diketahui oleh Adam Penenburg seorang dari perusahaan majalah Forbes Digital Tool. Ia menemukan sebuah kejanggalan yang ada pada artikel yang diterbitkan oleh Steve. Mulai dari sumber nama yang dicantumkan, hingga nama Micronics yang tidak ditemukan dimanapun. Kemudian, sang editor The New Republic saat itu, Chuck, mulai mencurigai artikel tersebut dan akhirnya ia memutuskan untuk mengecek semua hal tersebut. Mulai dari sumber yang dituliskan oleh Steve hingga tempat yang didatangkan oleh Steve. Alhasil, semua yang diceritakan oleh Steve tidak bisa di cek kebenarannya. Hingga akhirnya Steve diskors selama 2 tahun oleh Chuck. Kemudian, Chuck menemukan bahwa pemimpin Jukt Micronics, yang sebelumnya sempat menelepon, adalah saudara dari Steve yang ia suruh menyamar sebagai bos dari Micronics. Pada akhirnya, Steve mengakui bahwa semua itu hanya cerita karangan yang dibuat oleh Steve yang artinya artikel yang ia buat adalah cerita bohong. Hal ini jika dikaitkan dengan salah satu elemen jurnalisme yaitu kebenaran, Menurut Rosenstiel & Kovach (2007), elemen yang pertama sebagai jurnalis yaitu kewajiban utama seorang jurnalis adalah untuk kebenaran. Kemudian Rosenstiel & Kovach (2007) juga menjelaskan mengenai disiplin verifikasi jurnalisme, yaitu jangan pernah menambahi sesuatu yang tidak ada dan jangan pernah menipu khalayak. Hal yang sama dengan kode etik jurnalistik yang menjelaskan bahwa kita tidak boleh menyebar berita bohong.
Dalam film tersebut, digambarkan bahwa editor adalah orang yang bertanggung jawab terhadap penerbitan berita. Dijelaskan pula proses dalam membuat suatu berita pada media cetak. Dimulai dari wartawan atau penulis berita awalnya masuk ke senior editor yang kemudian di edit di computer, lalu meminta penulis melakukan revisi. Selanjutnya, naskah diterima oleh editor ke dua, dan penulis harus revisi lagi. Kemudian, naskah masuk ke proses cek fakta atau fact checking dimana setiap fakta, tanggal, judul, temoat, atau pernyataan diverifikasi kebenarannya. Lalu, masuk ke pemeriksaan naskah cetak, disini naskah direvisi sekali lagi dan dikirim ke advokat untuk mengesahkan fakta-faktanya. Dan yang terakhir yaitu desain layout dan akhirnya dicetak.
Dijelaskan pula dalam film tersebut, untuk menulis berita harus dapat menggunakan sumber-sumber terpercaya, tetapi perlu diingat pula bahwa seorang jurnalis menambahkan atau memberi informasi sesuai dengan catatannya beritanya sendiri. Maka dari itu, diperlukan proses untuk fact checking dan verifikasi apakah berita tersebut benar adanya. Dalam Rosenstiel & Kovach (2007), dijelaskan dalam disiplin verifikasi bahwa dalam membuat sebuah berita harus transparansi. Maksudnya adalah harus jelas tentang siapa saja yang menjadi sumber-sumber berita kita. Sehingga publik merasa dihormati dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menentukan pandangan terhadap informasi tersebut.  Kemudian, ketika informasi atau berita yang disampaikan berasal dari sumber yang berpotensi bias, sumber tersebut akan mengungkapkan kepada penonton kemungkinan bias. Maka dari itu juga diperlukan sumber-sumber yang bukan hanya berpihak dari satu kepentingan, namun harus seimbang atau mencari sumber tambahan yang lain. Sehingga berita yang disampaikan berimbang. Tugas jurnalis yaitu memberikan informasi sedemikian rupa sehingga orang bisa mengaksesnya dan kemudian memikirkan sendiri apa yang harus dipikirkan. Dan sesuai dengan kode etik yaitu jurnalis harus menghasilkan berita yang berimbang.


Daftar Pustaka
Kovach, Bill & Tom Rosentiel. (2007). Elements of Journalism. Revised Edition. New York: Three Rivers Press.
Film Shattered Glass, sebuah film drama Amerika-Kanada 2003 yang ditulis dan disutradarai oleh Billy Ray

Seminar Creabo Pekan Komunikasi UI 2018




Salah satu rangkaian acara Pekan Komunikasi 2018 adalah Seminar Creabo. Tahun ini, seminar tersebut mengangkat tema Grasp the Endless Cycle: Dekonstruksi Selera Masyarakat Indonesia akan Konten Program TV Nasional. Membahas persoalan konten program TV yang kualitasnya dipertanyakan, pihak yang turut diundang dalam seminar ini, Dewi Setyarini sebagai Komisioner KPI, menjelaskan bahwa sudah ada regulasi penyiaran yang telah diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran. Namun, dalam penerapannya tentu masih perlu banyak perhatian dan dukungan. Baik dari pihak televisi maupun masyarakat.
“Regulasi media yang memang harus dikomprehensifkan,” ungkap Wishnutama, CEO NET Mediatama Televisi dalam acara seminar Creabo pada Kamis (19/04), FISIP UI.
Selain CEO NET., seminar ini juga turut mengundang Harsiwi Achmad dari Direktur Program dan Produksi SCTV dan Indosiar (ATVSI), Lestari Nurhayati sebagai Head of Research Centre of LSPR Jakarta, dan Dewi Setyarini sebagai Komisioner KPI.
Menjelaskan tema yang diangkat, para pemilik TV tentu tidak ingin memecah belah NKRI dengan memuat konten-konten yang kurang edukatif. Sehingga, dalam pelaksanaannya mereka selalu berupaya untuk menyisipkan nilai-nilai tertentu ke dalam program televisinya. Bentuk kontennya tentu dikemas sedemikian rupa agar tetap dapat menghibur. Permasalahan rating yang belum jelas keakuratannya juga menjadi permasalahan bagaimana sebenarnya selera masyarakat di Indonesia dalam mengonsumsi konten TV.
Sebagai penanggung jawab acara Creabo, Rahmi Tri Wahyutika sebagai Jenderal Creabo mengharapkan peserta yang hadir bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan dari berbagai perspektif para pembicara mengenai konten televisi, yang tentunya tidak bisa mereka dapatkan dari tempat lain.

Saving Orangutan In Tanjung Puting National Park

Well, 3 years ago I went to Borneo (Kalimantan) to met my family in there. I also went to Tanjung Puting National Park, it is a conservation park for animals that live in there, especially Orangutan. Actually, there are so many flora and fauna that we can find in Tanjung Puting, like birds or monkeys. For example, Bekantan, have you ever see Bekantan? if not, go check Dunia Fantasi or DUFAN logo! And yap, the clown that using blue red clothes is the kind of monkeys called Bekantan! Okay, but at this post, I don't wanna share my experience in there (maybe next time). I just wanna share about how important the existence of  Tanjung Puting National Park for Orangutan.


When we went to the park, Orangutan was trying to take something in my Dad's pocket LOL
x





















Have you ever seen Orangutan, the most intelligent primates where they can live over 30 years? The Government of Indonesia, in 2007 study, noted that about 54.567 of 61.234, the total wild population of Orangutans, were found in Kalimantan in 2004 which categorized as critically endangered wildlife. According to the World Wildlife Fund, half of the habitat of Bornean Orangutan has been lost since 1944. Dr. Birute Galdikas and Orangutan Foundation International are instigated and aided Tanjung Puting, Central Kalimantan, to become wildlife preserve area in 1939. In 1982, it was declared as one of the national parks in Indonesia. Tanjung Puting National Park was established primarily for the Bornean Orangutan. Besides the popular purpose, there are other reasons for the establishment of Tanjung Puting National Park, such as diminishing deforestation, decreasing illegal Orangutan trade, and improving people knowledge.
photo sources theguardian.com // Photograph: Ulet Ifansasti/Greenpeace
photo sources theguardian.com // Photograph: Ulet Ifansasti/Greenpeace

           
The first cause that makes the population of Orangutan dwindles is deforestation. Deforestation is decreasing forest in a big area. Some of the purposes are to make those areas into palm oil plantation, industries area, and also transmigration housing areas. Map of Forestry Government of Indonesia showed that Indonesia has lost about 620.000 acres rainforest in every year and about one-fourth of areas have lost in the middle of 2009 until 2011 in Tanjung Puting National Park area. The analysis of Greenpeace map showed that palm oil companies have destroyed about 1.150 acres of forest in 2013. The latest news reported that palm oil companies hunted down Orangutans while they are expanding their areas. By the establishment of Tanjung Puting National Park, we can decrease destruction of natural resources, and also prevent the loss of many acres of rainforests. The government of Indonesia has an obligation to protect the preserve wildlife area. And as we know, Orangutan is mammals which live and do activities in the trees every day. But if they lose their habitat, they will disappear faster than they should be. Moreover, Orangutans will lose their food source, so they try to find food in the nearest village and make the villagers become scared. In some cases, when this happened, the villagers could kill Orangutan. By the establishment of Tanjung Puting National Park, Orangutan will have a good place to live without threateningly.

Baby orangutans at the Orangutan Foundation International Care Center in Pangkalan Bun, Central Kalimantan. Expansion of oil palm plantations is destroying their forest habitat.
photo sources theguardian.com // Photograph: Ulet Ifansasti/Greenpeace
The second reason is decreasing illegal Orangutan trade. The illegal pet trade in wildlife is one of the most serious threats to the conservation of endangered species. While Orangutan is protected by national laws and international conservation, they also prohibit the illegal trade. And today, the illegal pet trade in wildlife is the most lucrative trades, with a combined value of around $10 billion dollars annually. And it has been estimated as the world’s second-largest trade behind the international drugs trade. Estimates suggest that more than 1000 Orangutans are smuggled into Java and overseas, especially for baby’s Orangutan. A recent report by the Centre for Orangutan Protection and Nature Alert puts the number killed or captured for the illegal pet trade as high as 20.000 over the past ten years. And the other side, many villagers in Kalimantan doesn’t have enough income and knowledge. For the villagers who live in poverty, they killed Orangutan and sell the skull to get money. The other problem is the half of tribes in Kalimantan is isolated, they didn’t know that Orangutans are animals that are protected. They thoughts that Orangutans can be eat. So the tribes killed Orangutan and eat the flesh of Orangutan.
The last reason is improving people’s knowledge. With this establishment of Tanjung Puting National Park, we can educate villagers, tourist, and children as the next generation. Giving knowledge and information about Orangutan and explain to them that actually Orangutan is one of many endangered species that we should protect. As the next generation, we must protect Orangutan because every day, the amounts of their species could disappear more. And we can also explain to them that we should protect nature too. Besides that, Tanjung Puting National Park as a wildlife preserve could invite many tourists, where can also increase villager’s income. The villagers could try to be a guided tour, or become tradesman and sale souvenir of Orangutan. So, the villagers wouldn’t need to kill Orangutan.
In short, the purpose of establishment Tanjung Puting National Park is primarily to protect Bornean Orangutan, besides that, it can also diminish deforestation, decrease illegal Orangutan trade, and also improve people knowledge. And also as the human and the next generation, we also have an obligation to protect Orangutan as a wildlife animal as much as we can and protect nature too.

Lilypie Kids Birthday tickers
Diberdayakan oleh Blogger.
 

Fathania Nazmi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review